
Dalam penyajiannya, jadah tempe disuguhkan secara bersamaan. Penganan ini akan nikmat jika dimakan secara bersamaan. Rasa gurih dari jadah akan berpadu dengan rasa manis ala tempe bacem.
Salah satu tempat di kawasan Kaliurang yang menjadi jujukan para wisatawan untuk menikmati menu ini adalah warung jadah tempe Mbah Carik I yang terletak di Jalan Astamulya Kaliurang. Konon, dari warung sederhana inilah makanan jadah tempe bermula.
Ceritanya, nama Mbah Carik ini merupakan pemberian oleh Kasultanan Yogyakarta. Kala itu, sekitar tahun 50-an, puluhan pedagang jadah tempe menjajakan dagangannya di areal parkir Tlogo Putri, salah satu kawasan wisata di Kaliurang.
Pada waktu itu, mereka masih berjualan di gubuk-gubuk atau lapak yang tidak ada namanya. Salah satu penjualnya ialah seorang wanita paruh baya yang bernama Mbah Sastrodinomo. Ketika Sri Sultan HB IX berkunjung ke Kaliurang, beliau langsung kepincut dengan makanan ini. Sultan pun mencicipinya di warung Mbah Sastrodinomo ini dan merasa ketagihan.
Sekembalinya ke Kraton Yogyakarta, Sultan mengutus salah seorang abdi dalem untuk kembali ke Kaliurang. Satu tujuannya, yakni untuk menemui penjual jadah tempe tersebut dan memberikan nama atau label warungnya supaya mudah diingat ketika sewaktu-waktu Ngarsa Dalem menginginkan jadah tempe.
Seorang Abdi Dalem pun mengusulkan agar warung milik Mbah Sastrodinomo diberikan nama Mbah Carik, karena kebetulan suami Mbah Sastrodinomo saat itu menjabat sebagai seorang Carik Pakem. Sejak saat itulah nama Mbah Carik dipakai Mbah Sastrodinomo sebagai nama warungnya hingga saat ini.
Sastrodinomo sendiri memiliki tujuh orang anak. Namun hanya satu yang mau meneruskan usahanya sebagai penjual jadah tempe, yakni Sukadimah Wirosartino. Saat ini putra Sastrodimono, pencetus warung jadah tempe Mbah Carik ini, tinggal di Jalan Astamulya Kaliurang sekaligus membuka warung jadah tempe Mbah Carik yang diteruskan oleh salah seorang putrinya, Idha Kurniasih.
Kini, warung jadah tempe sudah menjamur di seantero penjuru kawasan wisata Kaliurang dan warung jadah tempe Mbah Carik menjadi salah satu pelestari makanan traditional ini.
Sebagai pelestari makanan traditional, warung jadah tempe Mbah Carik pun berupaya untuk mengangkat makanan traditonal lainnya. Yakni tahu bacem, wajik, ampyang serta nasi pecel. Jadi tak heran, jika banyak menu yang disajikan selain menu utama jadah tempe.Harga untuk satu porsi atau sepuluh biji jadah tempe pun hanya dipatok Rp 10 ribu rupiah saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar